Inovasi Besar Dari Cotton Ink !!

Cottonink

Di zaman milenial ini industry kreatif memang sedang ramai di dunia termasuk Indonesia. Ada banyak sector yang dapat mendatangkan uang di zaman ini. Baik mulai dari fashion, makanan, sampai jasa. Salah satu brand ternama yang saat ini sedang naik daun dan merasakan keindahan di industry kreatif yakni cottonink. Brand cotton ink ini berawal dari ide kreatif dari dua orang wanita yakni Ria sarwono dan carline darjanto di tahun 2008 lalu. Gerak fashion yang diusung oleh kedua wanita ini lambat laun mampu menggaet pasar di Indonesia sehingga mampu menjadi besar saat ini.

Hingga saat ini brand ini sudah berkoaborasi dengan 13 rekan penjahit local yang tersebar di beberapa titik seperti Jakarta, Tangerang, bandung, Bogor dan solo serta melibatkan 350 orang. Dengan rekan sejumlah itu ia mampu menghasilkan lebih dari 1000 potong pakaian tiiap minggunya. Hal ini tentunya sangat mendukung upaya pemberdayaan wanita di Indonesia dalam mensejahterakan kehiduapan mereka.

Awal mula berdirinya cottonink

Ria sarwono sendiri belajar fashion dari Londone collage of fashion dan carline Darjanti adalah alumni lasalle college of fashion di Jakarta. Sebelum mendirikan cottonink ini Ria pernah bekerja di perusahaan garmen. Dengan berbekal dari alumni kampus fashion ternama dan lapangan kerja keduanya berani memasarkan busana yang ready to wear melalui daring.

Di sisi awalnya mereka menangkap momen euphoria Barack Obama yang pernah tinggal di Indonesia. Mereka menjual kaos dengan gambar sang Presiden AS tersebut dan ternyata peminatnya cukup banyak. Setelah itu mereka memasarkan produk fashion lainnya seperti atasan, bawahan, aneka aksesoris dan scarf. Yang paling banyak dicari oleh pelanggan yakni tabular sacrf karena bentuknya yang unik serta sangat jarang ditemui di Indonesia.

Dengan mengusung tema casual with a twist, brand cottonkink ini mampu berkembang dengan sangat pesat. Tidak hanya sekedar menjual busana, brand ini juga menawarkan inovasi produk, pemilihan model yang tepat sampai mengoptimalkan media sosial dalam hal marketingnya sehingga semakin memudahkan anda dalam berbelanja. 

Masih concern di media sosial

Apabila ditanya antara penjualan daring atau luring, mana yang dapat dikatakan sebagai tulang punggung? Atau mana yang paling banyak mendatangkan pesanan? Maka dari pihak brand cotton ini menjawab bahwa penjualan secara online lah yang masih menjadi tulang punggung dalam penjualnnya serta mendatangkan banyak orderan. Dengan memanfaatkan aneka media sosial maupun marketplace brand ini mendapatkan pesanan dari negara lain seperti dari Eropa, Australia, Malaysia dan singapura.

Media sosial juga lebih efektif dengan oenggunaan orang yang nyata dan juga lebih menarik karena costumer bisa melihat hal ang lebih real dalam hal pemasaran. Hal seperti itulah yang dilakukan oleh brand ini dalam melihat trend pemasaran yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Kesulitan apa yang dirasakan oleh cottonink?

Dalam hal penjualan daring maupun luring ternyata juga memberikan kesulitan dan kemudahan. Kedunya memberikan tantangan tersendiri. Pemasaran online tentu saja opportunity market yang tidak terbatas, anda dapat berbelanja dengan bebas 24 jam dalam sehari. Untuk kekurangannya anda tidak bisa mendiferensiasi brand ini sehingga sama saja anda menggarami air laut. Yang artinya juga persaingannya jauh lebih ketat.

Sedangkan untuk penjualan offline yang lebih berhubungan dengan manusia sehingga dapat dikatakan bahwa untuk penjualan offline tantangannya lebih ke system. Untuk saat ini brand cottonink ini sudah mempunyai dua toko dengan stockiest yang dapat anda jumpai di tiga kota. Dengan model penjualan seperti itu tentunya semakin memudahkan anda yang ingin membeli barang ini secara offline.


Posting Komentar

0 Komentar